Masjid Dian Al-Mahri di Depok, Jawa
Barat saat ini menjadi salah satu tujuan wisata populer di Indonesia.
Hal ini tak lain karena kubahnya yang berkilauan dilapisi emas. Tapi
ternyata masjid kubah emas tidak hanya ada di Depok. Namun tahukah anda? setidaknya ada 5 masjid kubah emas di seluruh dunia. Tak
hanya terlihat mewah karena adanya kubah yang dilapis emas, tapi masjid-
masjid ini juga mempunyai keunikan tersendiri. Masjid apa saja kah itu?
Simak daftar masjid kubah emas dari seluruh dunia berikut..
1. Masjid Dian Al Mahri, Depok, Indonesia
Masjid Dian Al Mahri dikenal juga dengan nama Masjid Kubah Emas
adalah sebuah masjid yang dibangun di tepi jalan Raya Meruyung, Limo,
Depok di Kecamatan Limo, Depok. Masjid ini selain sebagai menjadi tempat
ibadah salat bagi umat muslim sehari-hari, kompleks masjid ini juga
menjadi kawasan wisata keluarga dan menarik perhatian banyak orang
karena kubah-kubahnya yang dibuat dari emas. Selain itu karena luasnya
area yang ada dan bebas diakses untuk umum, sehingga tempat ini sering
menjadi tujuan liburan keluarga atau hanya sekedar dijadikan tempat
beristirahat.
Masjid ini dibangun oleh Hj. Dian
Djuriah Maimun Al Rasyid, pengusaha asal Banten, yang telah membeli
tanah ini sejak tahun 1996. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001
dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada
tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha yang kedua kalinya
pada tahun itu. Dengan luas kawasan 50 hektare, bangunan masjid ini
menempati luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8000 meter
persegi. Masjid ini sendiri dapat menampung sekitar kurang lebih 20.000
jamaah. Kawasan masjid ini sering disebut sebagai kawasan masjid
termegah di Asia Tenggara.
Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah.
Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas
setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama
menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16
meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah
kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8
meter. Selain itu di dalam masjid ini terdapat lampu gantung yang
didatangkan langsung dari Italia seberat 8 ton.Selain itu, relief hiasan
di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar
di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan
mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau
sisa emas.
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.
Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia. (Wikipedia)
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.
Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia. (Wikipedia)
2. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Brunei Darussalam
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin
adalah masjid kerajaan Kesultanan Brunei yang terletak di Bandar Seri
Begawan, ibu kota Brunei Darussalam. Masjid ini adalah salah satu masjid
paling mengagumkan di Asia Pasifik, serta menjadi markah tanah dan daya
tarik wisata utama di Brunei.
Masjid ini dinamai berdasarkan Omar Ali
Saifuddien III, Sultan Brunei ke-28. Masjid yang mendominasi pemandangan
kota Bandar Seri Begawan ini melambangkan kemegahan dan kejayaan Islam
yang menjadi agama mayoritas dan agama resmi Brunei Darussalam. Bangunan
ini rampung pada tahun 1958 dan merupakan contoh Arsitektur Islam
modern.
Arsitektur masjid ini memadukan
Arsitektur Mughal dengan gaya Italia. Bangunan ini dirancang oleh biro
arsitekur Booty and Edwards Chartered berdasarkan rancangan karya
arsitek berkebangsaan Italia Cavaliere Rudolfo Nolli, yang telah lama
bekerja di teluk Siam.
Masjid ini dibangun diatas laguna atau
kolam buatan di tepi sungai Brunei di Kampong Ayer, “kampung yang
terletak di atas air”. Masjid ini memiliki menara marmer dengan kubah
emas, dilengkapi taman yang permai dan air mancur. Taman indah yang
mengelilingi masjid melambangkan taman surgawi dalam kepercayaan Islam.
Sebuah jembatan membentang di tengah laguna menuju Kampong Ayer di
tengah sungai. Sebuah jembatan marmer lainnya menuju ke bangunan yang
merupakan replika Perahu Mahligai Kerajaan milik Sultan Bolkiah yang
memerintah pada abad ke-16. Bangunan ini dibangun untuk memperingati
1.400 tahun Nuzul Al-Quran, dan dimeriahkan diselesaikan pada tahun 1967
dan digunakan sebagai panggung Musabaqah Tilawatil Quran (lomba
pembacaan Al-Quran) di Brunei.
Ciri khas yang paling mengagumkan dari
Masjid ini adalah kubahnya yang dilapisi emas murni. Masjid ini
menjulang setinggi 52 meter (171 kaki) dan dapat dipandang dari setiap
sudut kota Bandar Seri Begawan. Menara masjid merupakan bagian tertinggi
dari masjid ini. Masjid ini memadukan secara unik unsur Renaissans
arsitektur Italia dengan nuansa yang bernilai Islami. Di dalam menara
masjid terdapat lift di mana pengunjung dapat naik ke puncak menara dan
menikmati pemandangan panorama kota dari ketinggian.
Bagian dalam ruangan masjid khusus untuk
ibadah salat bagi umat muslim. Terdapat jendela kaca patri beraneka
warna yang mengagumkan, pelengkung, separuh kubah, dan pilar-pilar
marmer. Hampir seluruh bahan bangunan masjid ini diimpor dari luar
negeri yaitu: Marmer dari Italia, batu granit dari Shanghai China, lampu
kristal dari Inggris, serta karpet dari Arab Saudi.(Wikipedia)
3. Masjid Sultan, Singapura
Masjid Sultan di Kampung Glam,
Singapura merupakan masjid pertama yang dibangun di republik itu. Hingga
kini, masjid bersejarah itu masih menjadi daya tarik utama bagi
wiaatawan asing yang datang ke Singapura.
Struktur awal masjid ini dibangun
sekitar 1826 oleh masyarakat Jawa yang kebanyakan pedagang awal di
Singapura, yang menjalankan aktivitas perdagangan dengan masyarakat
Arab, Boyan dan Bugis sebelum kedatangan saudagar Tionghoa. Bangunan
masjid itu menjadi tempat tinggal atau kawasan permukiman awal beberapa
etnik masyarakat Indonesia.
Kemudian pada 1920-an ia dibangun
kembali seperti sekarang. Dan kini ia telah direnovasi dan ditetapkan
sebagai produk pariwisata Singapura. Nama asli jalan-jalan berdekatan
masjid tersebut seperti Kandahar Street, Baghdad Street, Arab Street dan
Bussorah Street masih diabadikan.
Pada tahun 1900an Singapura sudah
menjadi pusat perdagangan Islam, Masjid Sultan kemudian sudah tak mampu
lagi menampung jemaah yang terus berkembang pesat. Pada tahun 1924,
memperingati seratus tahun berdirinya masjid tersebut. Pengurus masjid
atau trustees menyetujui sebuah rencana untuk mendirikan masjid baru
yang lebih besar menggantikan bangunan masjid lama di lokasi yang sama.
Arsitek Denis Santry dari Swan and Maclaren
yang merancang masjid baru tersebut untuk dibangun di atas lahan masjid
lama dan lahan tambahan dari keluarga kerajaan. Seluruh pembiayaan juga
di tanggung keluarga Sultan denga kontribusi dari komunitas muslim
Singapura kala itu termasuk sumbangan botol kaca hijau hijau dari kaum
miskin ketika itu. botol botol yang kemudian di jadikan ornamen bawah
kubah masjid. Arsitek Denis Santry mengadopsi gaya Sarasenik atau gaya
Gotik Mughal lengkap dengan menara menggantikan masjid lama yang
berarsitektur Indonesia pada masjid sebelumnya. Pembangunan masjid baru
tersebut selesai dikerjakan tahun 1928. Perbaikan dilakukan tahun 1960
untuk memperbaikan ruang utama masjid dan tahun 1993 masjid Sultan
Singapura dilengkapi dengan Auditorium dan aula serbaguna.
Hingga kini masjid sultan Singapura
masid berdiri kokoh di tempat dimana dia pertama kali didirikan, menjadi
salah satu masjid tetua dan terbesar di Singapura dengan daya tampung
mencapai 5000 jemaah. Masjid Sultan Singpaura kemudian mendapatkan
pengakuan dari pemerintah Republik Singapura para tanggal 14 Maret 1975
sebagai national monument. Dan statusnya pun kini dimiliki dan dikelola oleh Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). (Wikipedia)
4. Masjid Suneri, Lahore, Pakistan
Masjid Sunehri adalah masjid dengan 3
kubah emas yang terletak di kawasan padat penduduk di pusat kota Lahore,
Pakistan. Di dalam masjid ini konon terdapat makam yang disepuh emas
dan menara tinggi yang dibangun oleh Nawab Syed Bhikari Khan pada 1753.
Masjid ini dibangun pada jaman kerajaan
Mughal. Nawab Syed Bhikari Khan sendiri adalah wakil gubernur Lahore
ketika masjid ini dibangun. Dengan usia yang hampir 300 tahun, ternyata
masjid ini masih terlihat indah dan megah.
5. Masjid Jame’ Asr, Brunei Darussalam
Masjid Jame’ Asr atau dikenal juga
dengan masjid Bandar Seri Begawan ini dibangun pada pertengahan tahun
1980 an untuk memperingati 25 tahun kekuasaan Sultan Hassanal Bolkiah.
Masjid ini diresmikan pada 14 Juli 1995 bertepatan dengan hari ulang
tahun Sultan Hassanal Bolkiah. Bangunan masjid ini terlihat istimewa
berkat 29 kubah yang berada diatasnya, yang terdiri dari 2 kubah besar
dan 27 kubah kecil yang kesemuanya dilapisi dengan emas 24 karat. Jumlah 29 kubah
ini dipilih sebagai tanda bahwa Sultan Hassanal Bolkiah adalah Sultan
ke 29 di di Brunei Darussalam. Selain kubah, mihrab dan lampu gantung
utama di masjid ini juga dilapisi emas 24 karat. Bangunan yang terletak di tengah
taman yang asri ini mempunyai luas hampir 2 hektar lebih.
(Dari Berbagai Sumber)
(Dari Berbagai Sumber)